KATA
PENGANTAR
Dengan rahmat tuhan yang maha esa saya bisa menylesaikan tugas pengantar ilmu budaya. saya berterima kasih kepada orangtuaku teman temanku yang sudah membantu menyemangatiku.
Dengan rahmat tuhan yang maha esa saya bisa menylesaikan tugas pengantar ilmu budaya. saya berterima kasih kepada orangtuaku teman temanku yang sudah membantu menyemangatiku.
Dan
tidak lupa juga saya berterimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
tugas kepadaku, sehingga saya bisa membuatnya dengan baik dan benar.
Saya
minta maaf jika ada kesalahan saat tugas di buat, dan saya memohon kepada bapak
agar dapat memakluminya.
ISI
MERDI DUSUN di DUSUN DEPOK
MERDI DUSUN di DUSUN DEPOK
Dusun
depok,desa krinjing, watumalang, wonosobo, yang berada di daerah pegunungan
tepatnya di kaki gunung Bisma, selalu melaksanakan Merdi dusun pada awal tahun
baru jawa atau pada tanggal satu sura, pada hari tersebut di desa kami
mengadakan syukuran desa atau bisa juga disebut sedekah bumi.
Pertama-tama
para warga berangkat berzyarahke makam pendiri desa. Untuk meminta ridho dari
para arwah pendiri desa tersebut dan di lanjutkn dengan membersihkan makam
tersebut.
Pada malam harinya para warga di kampung melakukan rasulan atau
selametan dengan 13 tumpeng yang di sediakan di hadapan para warga desa, 13
tumpeng tersebut melambangkan 13 RT yang ada di dusun kami.
Isi dari tumpeng ter sebut ada ingkung ayam yang pada setiap
tumpeng di isi satu ayam tujuannya agar warga desa selalu mengingat bahwa
tuhannya hanya satu. Dan ada 99 tempe dan 99 tahu melambangkan asmaul khusna
yang di miliki allah swt.
Setelah itu di tancapkan kelapa muda di sudut desa agar desa
selamat dari mara bencana. Kelapa muda tersebut melambangkan sebuah tumbal untuk
keselamatan desa dan bertujuan sebagai lambang keslamatan kesehatan, apa yang
di inginkan oleh warga dapat terkabul dan sebagai lambang kemakmuran.
Dan pada siang harinya para warga di arak mengelilingi desa,
bertujuan agar warga desa selalu mengingat dan mendo’akan desanya agar selalu
terhindar dari bencan dan mala petaka.
sebuah
Tradisi yang memiliki sejarah turun-temurun
dari Jaman Nenek Moyang yaitu Merdi Desa.
Arti Merdi Desa berasal dari dua kata yaitu Memardidan
Desa. Memardiartinya Pesta, tapi bisa
juga diartikan sebagai "Gotong-Royong, -Budaya solidaritas dan Kebersamaan
dalam melakukan suatu kegiatan yang sangat kental di Masyarakat Jawa. Sedang
Deso artinya Desa atau perkampungan atau pemukiman dalam suatu wilayah
tertentu.
Secara umum, Merdi Desa bisa diartikan sebagai acara Pesta Desa atau pesta Rakyat. Pesta disini bukanlah Pesta Pora yang identik dengan bersenang-senang untuk merayakan suatu kemenangan atau prestasi tertentu. Merdi Desa disini lebih bertujuan sebagai manifestasi rasa Syukur atas nikmat Rejeki yang dianugerahkan Tuhan yang Maha Esa, serta permohonan keselamatan Kepada-NYA agar terhindar dari mara bahaya dan Bencana.
Masyarakat Depok sangat menjunjung nilai tradisi, moral kearifan lokal, adat istiadat serta Seni Budaya. Meski Mayoritas Penduduk Masyarakat Depok beragama muslim, Namun Warisan Budaya serta agama nenek moyang dimasa lalu selalu tetap dijaga dan dilestarikan, atau yang masyarakat Depok mengenalnya dengan istilah "nguri-nguriing Budaya".
Acara yang digelar dalam Merdi Desa tersebut yaitu "sedekah Bumi" atau Tasyakuran yang dilakukan di rumah Pemangku adat,atau Perangkat Desa yang kemudian diramaikan acara pentas Seni seperti Pertunjukan Pagelaran Wayang Kulit dan kesenian lainnya yang kemudian ditutup dengan Doa bersama.
Secara umum, Merdi Desa bisa diartikan sebagai acara Pesta Desa atau pesta Rakyat. Pesta disini bukanlah Pesta Pora yang identik dengan bersenang-senang untuk merayakan suatu kemenangan atau prestasi tertentu. Merdi Desa disini lebih bertujuan sebagai manifestasi rasa Syukur atas nikmat Rejeki yang dianugerahkan Tuhan yang Maha Esa, serta permohonan keselamatan Kepada-NYA agar terhindar dari mara bahaya dan Bencana.
Masyarakat Depok sangat menjunjung nilai tradisi, moral kearifan lokal, adat istiadat serta Seni Budaya. Meski Mayoritas Penduduk Masyarakat Depok beragama muslim, Namun Warisan Budaya serta agama nenek moyang dimasa lalu selalu tetap dijaga dan dilestarikan, atau yang masyarakat Depok mengenalnya dengan istilah "nguri-nguriing Budaya".
Acara yang digelar dalam Merdi Desa tersebut yaitu "sedekah Bumi" atau Tasyakuran yang dilakukan di rumah Pemangku adat,atau Perangkat Desa yang kemudian diramaikan acara pentas Seni seperti Pertunjukan Pagelaran Wayang Kulit dan kesenian lainnya yang kemudian ditutup dengan Doa bersama.
Hasan Aminuddin malam itu mengingatkan masyarakat agar mewujudkan suatu kebersamaan untuk terus meningkatkan dan memperbanyak silaturahim dengan sesama. Pasalnya, dengan memperbanyak silaturahim maka hubungan antar masyarakat akan semakin dekat dan erat.
”Selamatan
desa ini merupakan wujud kebersamaan masyarakat sebagai bentuk ungkapan rasa
syukur atas limpahan rizki dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT. Semoga
dengan kegiatan ini, masyarakat bisa hidup dengan makmur dan sejahtera serta
terhindar dari segala musibah baik lahir maupun batin,” ujarnya.
Hasan juga menekankan bahwa perubahan zaman telah membawa pengaruh luar biasa yang sangat mengkhawatirkan generasi muda. “Ini merupakan ancaman yang luar biasa bagi setiap masyarakat, khususnya para orang tua. Apalagi kecerdasan anak hari ini tidak sama dengan dahulu,” jelasnya.
Hasan juga menekankan bahwa perubahan zaman telah membawa pengaruh luar biasa yang sangat mengkhawatirkan generasi muda. “Ini merupakan ancaman yang luar biasa bagi setiap masyarakat, khususnya para orang tua. Apalagi kecerdasan anak hari ini tidak sama dengan dahulu,” jelasnya.
Merdi
Desa DEPOK
Diposkan oleh pokdarwis bukit sembrani
Karnafal ketika merdi desa krinjing kecamatan
watumalang kabupaten wonosobo
Undu-unduan
Pada Merdi Desasangat meriah
karena antusias masyarakat yang begitu besar. Tari
Tayup Khas Desa Krinjing tak kalah menarik di malam harinya.
Undu-unduan Pada Merdi Desa
Diposkan oleh pokdarwis bukit sembrani
Ramainya undu-unduan para penduduk di merdi desa Krinjing. Antusias
penduduk sangat tinggi dengan khas desa.
Setelah itu warga desa di suguhi dengan
berbagai kesenian yang ada di sekitar desa tersebut, seperti pencak, drumband,
jaran kepang, lengger, dan yang lainnya. Tujuannya sebagai penghibur warga desa
yang telah mengikuti kirab atau arak-arakan
sampai sore hari. Dan sore harinya di ganti dengan gendotan tujuannya
agar warga bisa terhindar dari bencana.
Tari Tayup Khas Desa
Krinjing
Diposkan oleh pokdarwis bukit sembrani
Tari Tayup
di selenggarakan pada Merdi Desa (hari jadi desa) pada Kamis 15 November 2012
di Desa Krinjing, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
|
Tari Tayub, atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian
Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Unsur
keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang
dibawakan.
Tarian ini biasa digelar
pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan
Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta
acara bersih desa. Namun, khususnya di Desa Krinjing, Kec. Watumalang, Kab.
Wonosobo ini diselenggarakan di hari jadi desa atau Merdi Desa tepatnya Kamis,
15 Nopember 2012.
Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek. dan pastinya banyak yang mengunjunginya.
Selamatan atau selametan
adalah sebuah tradisi ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Selamatan juga dilakukan oleh
masyarakat Sunda dan Madura. Selamatan adalah suatu bentuk
acara syukuran dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga .
Secara
tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di
atas tikar, melingkari nasi tumpeng
dengan lauk pauk.
Praktik
upacara selamatan sebagaimana yang diungkapkan oleh Hildred Geertz tersebut pada
umumnya dianut oleh kaum Islam Abangan, sedangkan bagi kaum Islam Putihan
(santri) praktik selamatan tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima, kecuali
dengan membuang unsur-unsur syirik yang menyolok seperti sebutan dewa-dewa dan
roh-roh.
Karena itu bagi kaum santri, selamatan adalah
upacara doa bersama dengan seorang pemimpin atau modin yang kemudian diteruskan
dengan makan-makan bersama sekadarnya dengan tujuan untuk mendapatkan
keselamatan dan perlindungan dari Allah Yang maha Kuasa.
Slametan
dilakukan untuk merayakan hampir semua kejadian, termasuk kelahiran, kematian
pernikahan, pindah rumah, dan sebagainya. Geertz mengkategorikan mereka ke
dalam empat jenis utama:
·
Yang berkaitan
dengan kehidupan: kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian
·
Yang
terkait dengan peristiwa perayaan Islam
·
Bersih desa ("pembersihan desa"),
berkaitan dengan integrasi sosial desa.
·
Kejadian
yang tidak biasa misalnya berangkat untuk perjalanan panjang, pindah rumah,
mengubah nama, kesembuhan penyakit, kesembuhan akan pengaruh sihir, dan
sebagainya.
Asal kata
Slametan berasal
dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia, sentausa.
Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak
dikehendaki. Sementara itu, Clifford Geertz slamet berarti ora ana apa-apa (tidak ada apa-apa)
Upacara
selamatan merupakan salah satu tradisi yang dianggap dapat menjauhkan diri dari
mala petaka. Slametan adalah konsep universal yang di setiap tempat pasti ada
dengan nama yang berbeda. Hal ini karena kesadaran akan diri yang ³lemah´ di
hadapan kekuatan-kekuatan di luar diri manusia.
TUJUAN
Tujuan
dari diadakannya merdi dusun tersebut untuk kemakmuran dan kesehatan warga,
sehingga warga desa bisa bekerja dan beraktifitas secara normal, dan tidak ada
bencana. Selain itu merdidusun juga bertujuan agar desa tidak terkrna bencana
seperti tanah longsor dan lain-lain.
Trdisi
yang ada di kami sangat kental dengan adat istiadat dan tidak bisa di ganggu
gugat karena sudah sejak dari jaman nenek moyang dulu. Dan sampai saat ini
masih berlanjut seperti biasa.
Pada
saat ritual berlangsung seluruh warga berkumpul di depan rumah kepala desa dan
mulai memanjarkan do’a secara serentak dan dilakkan tengah malam, dan acara
yang di laksanakan berlangsung selama tiga hari dua malam dengan berbagai acara
yang di laksanakan.
KESIMPULAN
Bahwa
sanya perayaan merdi dusun itu di laksanakan setiap tahun sekali sebagai simbol
syukuran desa atau selamatan desa.
Para
warga pun ikut meramaikan merdi dusun terseut agar dapat mengingatkan kepada
turunannya bahwa merdi dusun itu sangatlah penting dan wajib di laksanakan
selama setahun sekali.
Sehinnga
anak cucunya kelak masih bisa melakukan adat tersebu seperti yang saat ini
masih dilaksanakan, dan mereka pun masih bisa menikmatinya tidak hannya
mendengarkan cerita dari orang tuanya.
DAFRAR PUSTAKA
DAFRAR PUSTAKA
http://wisatabukitsembrani.blogspot.com/2012/12/merdi-desa-krinjing.html
0 komentar: